PalangkaRaya.Net

Setelah Asia, Bencana Gelombang Panas Juga Landa Eropa

Ilustrasi gelombang panas

Bencana mengerikan saat ini mengancam planet ini. Bukan tanpa sebab, suhu global akhir-akhir ini menimbulkan dampak buruk di sejumlah lokasi. Salah satu dampak paling parah dari perubahan iklim dalam beberapa tahun terakhir adalah gelombang panas.

Menurut laporan, Bumi mengalami hari terpanas dalam 120.000 tahun minggu lalu, memecahkan rekor tidak resmi. Laporan beberapa analis iklim menggambarkan hal ini.

Misalnya, pada hari Senin, Selasa, dan Kamis minggu lalu, rekor dipecahkan dalam catatan proyek penganalisa iklim di University of Maine. The Hills pada Kamis (13/7/2023), yang dikutip dalam penelitian lembaga tersebut, mencatat bahwa selama tujuh hari yang berakhir Rabu lalu, suhu rata-rata harian lebih tinggi 0,04C dari minggu manapun dalam 44 tahun pencatatan.

Gelombang panas yang melanda planet ini juga dikonfirmasi oleh artikel Nature. Data tahun 2022 menunjukkan hal ini meskipun tidak secara tegas merilis data tahun 2023.

Seperti diketahui secara umum, musim panas 2022 di Eropa mencetak rekor suhu tinggi baru di benua itu. Pada kenyataannya, 61.000 orang meninggal, dengan jumlah perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Untuk 35 negara, para peneliti memeriksa data dari database kematian Eurostat. Antara 30 Mei dan 4 September, 61.672 orang meninggal akibat penyakit yang berhubungan dengan panas.

Memang, gelombang panas ini hampir menjadi langganan tahunan. Suhu yang terjadi sebenarnya berbeda.

Gelombang panas yang melanda banyak negara Asia telah mencapai Eropa dan akan berlangsung hingga pertengahan tahun 2023. Sebelumnya kabar suhu ‘neraka’ ini melanda India, China, dan negara Asia lainnya.

Cuaca ekstrem di India memaparkan 90% populasi terhadap masalah kesehatan masyarakat seperti sengatan panas, kekurangan makanan, dan bahkan kematian. Temperatur yang tinggi juga dapat menghambat ekonomi negara dan menghambat aspirasi pembangunannya.

Hal serupa terjadi di Tiongkok. Cuaca yang terik berlangsung sepanjang bulan Mei, membuat China dibanjiri gelombang panas. Penggunaan daya sedang dibatasi oleh meningkatnya permintaan AC di kota-kota besar seperti Shanghai.

Pada 23 Mei 2023, Shanghai diklaim mengalami suhu tertinggi dalam 100 tahun. Cuaca serupa telah diamati di berbagai wilayah Asia, seperti awal musim panas di Belahan Bumi Utara.

Akibat kondisi tersebut, penggunaan listrik di kawasan industri China selatan, khususnya Guangdong, diduga meningkat dalam beberapa hari terakhir. China Southern Power Grid, salah satu operator jaringan listrik, bahkan menyebutkan beban puncak sudah mencapai 200 juta kilowatt, mendekati rekor tertinggi dalam sejarah.

Besarnya pengaruh iklim terhadap pertanian, ditunjukkan oleh banjir bandang di Pakistan pada tahun 2022.
Menurut Asian Development Bank (ADB), bencana banjir menelan biaya Rp 40 miliar atau sekitar Rp 599,4 triliun.

Panen padi Pakistan yang anjlok 31% tahun lalu merupakan kerugian paling signifikan. Pada kenyataannya Pakistan menyumbang 7,6% dari produksi beras dunia.